Bulan Sedang Leppas dari Tuhan (2)
Di suatu
hari pada sebuah negeri
Bulannya
lepas pada kendali
Maka
bertanyalah pula aku
Kemana redup
itu tak hingga lesap menjejak bumi
Seorang anak
menderita sakit kaki
Terpincang
menganga padaku
Bersama
rekah matanya yang berapi
Ia
tengadahkan tangan dengan air mata dan kotoran wajah
yang
membekas
Aku jatuhkan
satu logam di telapak berjari
tengahnya
yang buntung,
lalu ia
pegang tanganku
Kau tahu apa
yang ia katakan
Pulang.
Segeralah pulang.
Pulang.
Lekaslah pulang, Kakak
Coba kakak
lihat
Perkasa-perkasa
di junjung negara
Mereka punya
gigi sringai
juga punya
tanduk serigala
Coba kakak
lihat
Perkasa-perkasa
yang berjejer di penjara
Mereka punya
kuasa
Sembunyikan
jejeran dosa
Bapakku,
Kakak
Cuma
berjejer biji timah
Hanya terima
lima ribu rupiah
Untuk timah
yang dicuci nahah dan darah
Kakakku, Kakak
Cuma tak
sengaja di antara para mahasiswa
Berpekak
teriak di muka istana
Untuk
kemudian lenyap bersama perkasa pemerintah!
Lalu perempuan tua berabun mata
Ia terpaksa
mencuri biji cokelat
Untuk ia
tukar dengan gabah
Tapi lalu
dipenjara
Itu Emakku,
Kakak!
Kutunjuk-tunjuk
muka si perkasa
misai
terentang!
Apa yang kau
perbuat bagi kami semua?
Pada pekerja
tambang
Pada siswa
celaka
Pada ibu
rumah tangga
Pada 500
miliar rupiah???
Maka itu,
Kakak
Jari
tengahku buntung!
Untuk tetua
negeri
Untuk
listrik kami yang mati
Untuk
gelandangan kami di panti
Untuk anak
muda kesurupan ujian
Untuk
anak-anak kami yang terus menanti
para tetua
negeri datang penuhi janji
Maka
pergilah si anak tadi
Setelah
memberikan pesan pada tetua yang lupa diri
dengan
jarinya yang buntung
K E P A R A
T
Jadi suatu
hari di sebuah negeri
Bulannya
lepas dari kendali
Maka
bertanya pulalah kami di selasar malam
Katanya
bulan sedang lepas dari Tuhan
Komentar
Posting Komentar