BAHASA INDONESIA DI ANTARA TIGA RAGAM BAHASA BESAR DI KALIMANTAN BARAT



Kalimantan Barat terdapat tiga suku terbesar, yaitu suku Melayu, suku Dayak, dan Etnis Cina yang disebut “cidayu”. Maka, bahasa yang digunakan juga terdiri atas tiga jenis bahasa yang paling banyak penuturnya. Selain ketiga bahasa daerah tersebut, terpdapat juga bahasa lain yang dibawa oleh pendatang seperti bahasa Jawa, Bugis, Madura, atau Medan. Sebagai bahasa penghubung antarsuku, masyarakat di Kalimantan Barat menggunakan bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia yang digunakan tidak dituturkan dengan benar meskipun dalam ranah resmi. Masyarakat  sering menyebutnya dengan sebutan bahasa Indonesia dialek Jakarta.
Satu bahasa daerah di Kalimantan Barat saja memiliki banyak dialek, misalnya bahasa Dayak. Bahasa Dayak di Kalimantan Barat terdiri atas Bahasa Dayak Kanayatn, Iban, Ahe, Salako, Bakati’, dan puluhan dialek bahasa Dayak lainnya. Berbeda subsuku Dayak, maka berbeda pula bahasanya. Secara pribadi, penulis beranggapan suku Dayak lebih mudah berbahasa Indonesia dibandingkan Melayu atau Cina dalam hal dialek.
Bahasa Melayu di Kalimantan Barat terdiri atas beberapa jenis, antara lain bahasa Melayu Pontianak, bahasa Melayu Mempawah, bahasa Melayu Sambas, bahasa Melayu Sintang, bahasa Melayu Sanggau, Bahasa Melayu Ketapang, Melayu Kapuas Hulu, dan lain-lain. Terdapat anggapan jika menggunakan bahasa Melayu Pontianak terkesan kampungan dan sebaliknya menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta dianggap lebih berwibawa. Bahasa Indonesia dialek Jakarta itu sama saja campur kode bahasa Melayu Pontianak ke dalam bahasa Indonesia.
Bahasa etnis Cina sering digunakan hanya antarpenutur asli. Bahasa Cina yang digunakan di Kalimantan Barat di antaranya adalah bahasa Khek. Ketika penutur bahasa Cina Khek berbicara dengan lawan bicara berbeda suku, pilihan ragam bahasa yang pertama kali mereka gunakan adalah bahasa daerah sesuai dengan tempat mereka tinggal. Jadi, sering dijumpai etnis Cina yang mahir berbahasa atau berdialek bahasa Melayu Pontinak, Melayu Sambas, atau Dayak.
Penutur di Kalimantan Barat ketika menggunakan bahasa Indonesia pada kegiatan pembelajaran atau ragam resmi lainnya, akan muncul dialek tertentu. Beberapa sekolah, guru Bahasa Indonesia sendiri pun, tetap menggunakan kosa kata bahasa ibu atau kosa kata bahasa daerah setempat. Hal ini dikarenakan faktor pemerolehan bahasa pertama yang mendominasi dan upaya memudahkan proses transfer informasi kepada peserta didik. Sedikit sekali penutur asli dari Kalimantan Barat ketika menggunakan bahasa Indonesia dalam ragam resmi untuk tidak beralih kode atau melepaskan dialek kedaerahan. Bahasa Melayu dan bahasa Dayak akan jauh dari kepunahan karena jumlah penuturnya banyak. Selain itu, telah didirikan siaran televisi dan radio berbahasa daerah.
Jadi, bahasa Indonesia di Kalimantan Barat berfungsi untuk alat komunikasi di ranah resmi maupun alat komunikasi antarsuku. Tidak dipungkiri, penggunaan bahasa Indonesia selain mempersatukan bahasa antarsuku agar mudah berkomunikasi, juga memengaruhi jarak sosial antarpenutur. Ketika bahasa Indonesia digunakan, maka lawan bicara akan menyadari bahwa saat itu sedang dalam kondisi resmi, atau sedang berbicara dengan orang asing, atau sedang berbicara dengan orang yang memiliki status yang lebih dari lawan bicara.
Upaya yang dilakukan untuk menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan fungsinya tanpa menimbulkan kesan perbedaan status sosial adalah menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan ketika di kelas. Termasuk ketika di luar kelas. Anak adalah generasi selanjutnya yang sebagian terbentuk atau upaya pendidikan generasi sebelumnya. Jadi, dengan cara ini bahasa Indonesia dalam ragam resmi akan digunakan secara mudah dan familiar pada generasi selanjutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS KELAS IX, SENIN-KAMIS, 28-32 OKTOBER 2019

RPP DAN LKPD PEMBELAJARAN KOMBINASI LURING DAN DARING BAHASA INDONESIA TEKS PERCOBAAN (KD 3.1 DAN 4.1) KELAS 9 SEMESTER GANJIL